Rabu, 13 Januari 2010

Jadilah " Isi dan Kosong", bukan " Isi atau Kosong"


Oleh: Gede Widia Pratama Adhyaksa

Konsep sederhana ini muncul dari kepala saya karena inspirasi dari Kang Danny Yogasmara, sahabat sekaligus guru wushu saya yang hebat. Konsep ini selalu ada didalam setiap aspek pergaulan/kehidupan, dan kita tidak mungkin bisa lepas dari konsep ini. Bacalah sampai selesai, ini sangat menarik :-)

Dalam kehidupan ini, sesuatu yang saling berlawanan selalu ada. Hitam-Putih, Hidup-Mati, Sukses-Gagal, Terang-Gelap, Sorga-Neraka, Utara-Selatan, Tinggi-Rendah, dan lain sebagainya. Kita tidak mungkin bisa menyebutkan "sesuatu" itu tinggi kalau tidak ada "sesuatu" lain yang lebih rendah, begitu juga kita tidak mungkin bisa merasakan "pencerahan" pikiran sebelum merasakan sesuatu yang "redup". Beberapa orang sering berusaha menghilangkan sesuatu yang di 'cap' buruk agar menjadi 'cap' baik, baik itu didalam dirinya atau pada orang lain. Kadang "kebaikan" itulah yang dijadikan patokan sebagai 'Kebenaran/Keyakinan Mutlak' yang tidak dapat diganggu gugat, padahal sejatinya dualisme inilah sebagai Kebenaran Mutlak yang sesungguhnya. Maka dari itu, saya menggunakan istilah "Isi dan Kosong", bukan "Isi atau Kosong", 'Kata' Isi-Kosong adalah 2 hal yang selalu ada, mereka bukanlah pilihan.

Jadi aplikasinya seperti apa?ok, saya berikan beberapa contoh,

Dalam pertandingan bela diri, janganlah menyerang lawan ketika dia dalam kondisi isi/siap. Terimalah serangan lawan dengan sisi lembut kita/usaha yang minimal, artinya jangan dilawan dengan kekerasan, karena akan susah menembusnya, lebih baik menghindar atau menerima serangannya dengan menjaga kesadaran diri, bahkan kalau perlu pancinglah dia agar lebih emosional, dan mengeluarkan tenaga yang percuma/terbuang sia-sia. Sebaliknya seranglah dia dalam kondisi sedang kosong/tidak siap, dalam melakukan serangan ini, gunakanlah kekuatan penuh pada sisi terlemahnya.

Dalam pergaulan, Jika ada yg marah dengan kita, janganlah langsung membela diri, terimalah dulu segala sumpah serapahnya, kalau kemarahannya udah keluar semua otomatis dia menjadi kosong, maka itulah saat yang tepat untuk membalasnya. Melawan kekerasan dengan kekerasan, amarah dengan amarah, perang kata dengan perang kata hanya akan menambah masalah baru.

Dalam hal mencari jodoh, berani memiliki artinya berani kehilangan juga. Jangan ngejar cewe yg udah punya pacar, atau yg perasaannya lagi kuat ke seorang laki-laki. Tunggu sampai perasaannya melemah, baru kita masuk :-p

Dalam proses belajar/menimba ilmu, ketika kondisi kita isi (penuh), kita tidak bisa di "isi" lagi, karena tidak ada ruang lagi di pikiran kita. Untuk mempelajari hal-hal baru, kita harus mengosongkan diri kita dari hal-hal yg tidak mendukung atau dari memori sebelumnya. Untuk mendapat pengalaman baru, kita harus berani meninggalkan hal-hal yg lama. Kita tidak mungkin bisa meminta dituangkan teh kedalam cangkir kita yang masih penuh dengan teh bukan?

Memang tidak mudah, perlu latihan dan waktu memang.

Jadilah "Isi dan Kosong", mereka dan ruang-ruang diantara Isi dan Kosong itu dalah warna kehidupan :-)


1 komentar:

  1. Saya suka dengan kata-kata "Kalau ingin mendapatkan pengalaman baru, kita harus berani meninggalkan hal-hal yang lama"

    -salam kenal

    BalasHapus