Jumat, 06 November 2009

A Valuable lesson form the fall of Berlin's Wall

by Gede Widia Pratama Adhyaksa

Di Berlin, tepatnya di depan Brendenburger Torr, tanggal 9 November 2009 ini, masyarakat Jerman akan memperingati salah satu hari penting dalam sejarah perjalanan mereka. Hari dimana tepatnya 20 tahun yang lalu Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu kembali, sejak berakhirnya perang dingin.

Jatuhnya tembok berlin juga menjadi titik tonggak, dimana 2 buah ideologi (Komunis dan Demokrasi) bisa bersatu. Ini adalah bukti bahwa 2 ideologi yang berbeda bisa bersatu padu karena KESADARAN dari masyarakat kedua belah pihak. KESADARAN yang saya maksud adalah kesadaran akan kemanusiaan, kesadaran akan satu tumpah darah, dan kesadaran akan tujuan yang sama. KESADARAN ini telah merobohkan batas-batas yang menjadi penghalang, yang menjadi pemecah, yang menjadi pemicu untuk kemajuan sebuah masyarakat/negara. KESADARAN ini sekaligus membuktikan bahwa pengaruh luar (Blok Sekutu dan Blok Uni Soviet) tidak menjadi halangan untuk bersatu. Pembongkaran tembok berlin adalah pembongkaran egoitas manusia, menuju sebuah KESADARAN.



20 tahun telah berlalu, namun tidak banyak yang bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. Dari utara keselatan, dari barat ke timur penjuru dunia, "tembok-tembok" itu ternyata masih tegak berdiri. "Tembok" itu masih ada di jerusalem, "Tembok" itu masih ada di korea utara-selatan, dan "Tembok" itu masih begitu kuatnya berdiri di Indonesia, bahkan di negeri kita tercinta "Tembok" itu semakin memanjang, masyarakat mulai menghiasi "Tembok" itu, mereka mulai merawatnya, mulai menganti warnanya, sampai kita merasa nyaman tinggal di dalam "Tembok" itu, tanpa tahu dan tidak mau tahu apa yang ada di balik "Tembok" itu.

"Tembok" ini bukanlah tempok pertahanan untuk melindungi negara seperti tembok cina. Tapi "Tembok" ini adalah tembok "EGO" yang harus dibongkar segera. Cepat atau lambat "Tembok" itu akan berlumut dimakan jaman. "Tembok" itu akan rapuh dan hancur dengan sendirinya, dan ketika hari saat itu tiba, kita akan sadar bahwa kita baru saja lepas dari penjara. Penjara yang kita anggap selama ini sebagai istana besar dan tiada tandingannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar