Jumat, 25 September 2009

E factors of Indonesia Outlook

by : Gede Widia Pratama Adhyaksa

Tempo hari saya sempat berkenalan dengan Anup Shah, seorang mahasiswa Inggris keturunan India yang aktif sekali menulis tentang isu-isu global, seperti, kemiskinan, perubahan iklim, energi, geopolitik, AIDS, dan lain sebagainya. Saya mengambil kesimpulan bahwa semua isu-isu diatas sedang dihadapi oleh berbagai negara diseluruh dunia, tanpa terkecuali. Namun penyelesaiannya menurut saya harus disesuaikan dengan dinamika kehidupan di masing-masing negara, dengan kata lain, tidak ada 1 solusi untuk setiap isu diatas.

Yoshihiro Yamakawa, dalam journalnya berjudul "new energy option for 21st century", menulis 3 hal terpenting yang menjadi isu dunia (3E-Trilema) meliputi Energy-Economy-Environment, dan memang pada kenyataannya demikian, inilah isu terpenting dunia saat ini. Tapi apakah dengan menerapkan teknology Energi bersih, kemudian mendorong pertumbuhan Economy dalam pelestarian Environment?demikian pula sebaliknya, dengan hubungan timbal balik tiga faktor penting diatas. Kemudian saya membayangkan sekilas untuk kondisi di negeri tercinta Indonesia, apakah tepat jika 3 faktor ini berdinamika mendorong satu sama lain, kemudian isu global diatas 100% bisa teratasi?menurut saya tidak. Perlu 1 faktor lagi, ini yang saya sebut tidak ada 1 solusi spesifik untuk setiap permasalahan.

Energi adalah variabel kunci dalam perekonomian, ada hubungan signifikan antara produktifitas masyarakat terhadap suplai energi, bahkan energi sejak lama menjadi isu geopolitik. Energi tak lepas dari isu lingkungan, itulah mengapa teknologi energi bersih sedang naik daun saat ini. Standardisasi barang-barang juga mulai memasukkan variabel ramah lingkungan, maka tidak heran jika barang-barang berlabel seperti ini mulai mendapat prioritas di pasaran. Environment-Energy-Economy.





Beda negara beda solusi. Indonesia negara yang benar-benar kompleks, dan kompleks juga permasalahannya. Sangat sulit menyelesaikan sebuah permasalahan dengan kacamata 1 tinjauan (1 solusi spesifik), ini dikaitkan dengan faktor manusia Indonesia yang bermacam-macam latar belakang. Maka ada faktor bernama "Empathy" sebagai 1 solusi komprehensif daripada 1 solusi spesifik.

Empathy sebenarnya sudah menjadi tradisi atau jiwa masyarakat Indonesia sejak dulu. Empathy terhadap lingkungan, Empathy terhadap sesama manusia, dan lain sebagainya. Saya tidak menyalahkan empathy mulai luntur, akibat faktor desakan Economy yang begitu kuat, masyarakat mulai acuh terhadap lingkungan/alam sekitarnya, Air, Tanah, Udara, bahkan Mental pun demikian. Energy dari Empathy, Empathy untuk Energy.

Sekadar cita-cita atau kenyataan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar